Thursday, September 25, 2008

>Prolog Maksiad: Tersandung<




Kira-kira 200 tahun sebelum Masehi, adalah segerombolan pengembara Arab yang menyusuri padang pasir Sahara. Kenapa orang Arab bisa ada di Sahara, padahal jelas-jelas Sahara nggak ada di Arab? Anggep aja karena gerombolan Arab itu dengan maksiadnya berhasil berenang kecipak-kecipuk sampe ke Afrika. Kasian juga yah mereka, udah cape-cape berenang dan digaremin di laut, terus langsung dijemur.

Mengingat kondisi para pengembara yang mirip sama ikan asin (digaremin terus dikeringin), enggak aneh, kan, kalo mereka lama-lama nggak tahan dengan paparan sinar ultraviolet super tokcer cap Sahara? Banyak dari para musafir Arab itu mulai tepar, kejang-kejang, dan bahkan berilusi ngeliat sesosok cewek bohai nari udel di tengah Gurun Sahara.

Salah satu dari mereka yang mulai menunjukkan tanda-tanda kesintingan itu adalah Rosseau Maxjaard, pengembara berparas ganteng (tapi miskin) blasteran Perancis-Arab. Rosseau, yang berilusi ngeliat cewek udel, mulai terpisah dari rombongannya (secara dia berusaha dengan segenap napsu untuk ngejar si cewek). Dan tahu-tahu, ia sudah sendirian di tengah padang pasir mahaluas yang membentang sejauh mata memandang. Tanpa cewek berudel seksi. Tanpa teman-temannya.

Rosseau setengah mati berusaha mencari jalan pulang. Walaupun tenaganya mulai habis, dan ketiaknya basah oleh peluh beraroma asem-manis, ia terus mendaki bukit demi bukit pasir. Mencari. Memohon. Berharap. Berdoa.

Ia nyaris putus asa, ketika tiba-tiba kakinya menyandung sesuatu, dan menyebabkannya jatuh berguling-guling di atas bukit pasir. Malang sekali musafir yang satu ini.

Setelah mengeluarkan serangkaian sumpah serapah yang jelas-jelas lebih menyengat daripada panasnya Gurun Sahara, ia bangkit dan mencari benda apa yang dengan sukses membuat sekujur bodi seksinya terbalut pasir. Dan ia pun menemukan benda itu...

Sebilah keris. Warnanya item. Auranya nggak enak. Tahu, kan, jenis-jenis 'aura nggak enak' yang biasanya kita rasain pas lagi acara jurit malem, atau pas kita lewat di depan Rumah Pondok Indah?

Bahasa kerennya, aura kegelapan.

Pada saat itu juga, terlintaslah di kepala Rosseau sebaris kalimat yang mirip puisi anak emo ini,

"Apakah ini takdir yang telah disuratkan oleh Sang Pencipta bagiku? Apakah harus kuakhiri hidupku dengan keris item seksi ini sekarang juga?"

Lalu, dalem keputusasaan yang amat sangat mendalam, diangkatnya keris itu tinggi-tinggi seraya berseru lebay ke arah surya, "Wahai Engkau yang kuasa, sekarang hambaMu yang hina ini akan menghadap ke hadirat-Muuuu!"

Dan dihujamkannya keris itu tepat ke jantungnya...

*Masukin soundtrek nggak jelas dengan nada semi-horor di sini... kayak yang di sinetron-sinetron itu lho...*

BERSAMBUNG!

Wednesday, September 24, 2008

Blog Ini Blog Maksiad! Beware! Behold!

Insan-insan waras biasanya make blog buat nulis diary, alias pengalaman idup sehari-hari, dari yang menggerus nurani sampe yang bikin cengo ilfil. Kendati demikian, perlu diketahui dan disadari bahwa insan-insan yang bikin blog ini sama sekali kagak bisa dicemplungin ke dalam kategori 'waras'.

So, instead of nulis diary kayak orang-orang normal, blog kerismaksiad ini dipake buat... nulis cerita. Dan ceritanya bukan sembarang cerita, loh! Ceritanya nggak jelas, nggak ada juntrungannya, dan positif bakal bikin muka siapa pun yang ngebaca jadi tertekuk dalam ke-wadefak-an yang amat sangat. Penasaran? Napsu pengen baca? Nggak dilarang, sih. Cuma aja, perlu diingatkan dulu bahwa isi blog ini kurang cocok bagi mereka yang pengen nyari kisah idup mengharu biru. Lebih pas buat lo-lo pada yang ngebet banget sama keenggakjelasan dan kebejatan duniawi. Intinya sih, buat ngebaca nih blog gak perlu banget tuh yang namanya nyiapin kotak tissue buat ngelap aer mata dengan gerak-gerik jumawa. Yang penting, bacalah cerita demi cerita di blog ini dengan kondisi kepala kosong dan absen logika ^.^

Enjoy!